Nama : Nurbaity
Npm : 17160409858
Prodi : TBI/IV/B
FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN PERUBAHAN MAKNA SEMANTIK
Sebelum membahas tentang apa sajakah faktor yang menyebabkan pergeseran atau perubahan makna semantik. Terlebih dahulu kita mengetahui pengertian dari semantik itu sendiri. Semantik (dari bahasa Yunani: semantikos memberikan tanda, penting, dari kata sema, tanda) adalah cabang linguistik yang mempelajari arti/makna yang terkandung pada suatu bahasa, kode, atau jenis representasi lain. Dengan kata lain, semantik adalah pembelajaran tentang makna.
Ada berbagai faktor yang melatar belakangi terjadinya perubahan makna. Suwandi (2011: 151) mengemukakan 12 faktor penyebab terjadinya perubahan makna, yaitu
(1) faktor linguistik, perubahan makna karena faktor linguistik bertalian erat dengan fonologi, morfologi, dan sintaksis,
(2) faktor kesejarahan, perubahan makna karena faktor kesejarahan berhubungan dengan perkembangan leksem,
(3) faktor sosial masyarakat, perubahan makna karena faktor sosial berhubungan dengan perkembangan leksem di dalam masyarakat,
(4) faktor psikologis, perubahan makna karena faktor psikologis ini disebabkan oleh keadaan psikologis seperti rasa takut, menjaga perasaan, dan sebagainya,
(5) faktor kebutuhan kata baru, perubahan makna karena faktor kebutuhan kata baru berhubungan erat dengan kebutuhan masyarakat pemakai bahasa,
(6) faktor perkembangan ilmu dan teknologi, sebuah kata yang pada mulanya mengandung konsep yang sederhana sampai kini tetap dipakai meskipun makna yang dikandungnya telah berubah,.
(7) faktor perbedaan bidang pemakaian lingkungan, seperti halnya yang terjadi pada kata-kata yang menjadi pembendaharaan dalam bidang kehidupan atau kegiatan tertentu juga dilakukan dalam bidang kehidupan lain,
(8) faktor pengaruh bahasa asing, perubahan makna juga banyak disebabkan oleh pengaruh bahasa asing yang berupa peminjaman makna,
(9) faktor asosiasi, kata-kata yang digunakan di luar bidang asalnya sering masih ada hubungannya dengan makna kata tersebut pada bidang asalnya,
(10) faktor pertukaran tanggapan indera dalam perubahan makna ini berhubungan dengan indera manusia yaitu mata, telinga, hidung, lidah dan kulit,
(11) faktor perbedaan tanggapan pemakaian bahasa, sejumlah kata yang digunakan oleh pemakainya tidaklah mempunyai nilai sama,
(12) Faktor penyingkatan, sejumlah ungkapan dalam bahasa Indonesia sekalipun tidak diucapkan secara tidak keseluruhan namun umumnya masyarakat sudah memahami maksudnya.
Menurut Ulmann (1972:192-197), bahwa faktor-faktor yang memudahkan perubahan/ pergeseran makna yaitu:
1. Bahasa itu berkembang, atau bahasa itu diturunkan dari generasi ke generasi. Contoh: kata juara dulu bermakna orang yang memimpin penyambungan ayam, kini bermakna orang yang mendapat peringkat dalam perlombaan.
2. Makna itu sendiri kabur, samar-samar maknanya. Contoh: kata alot bermakna liat, tidak mudah putus, (dialek Jakarta berarti keras, kenyal), (bahasa Jawa berarti liat). Makna tidak sesuai (samar-samar) untuk kata tanah liat. Kini bermakna lambat, pelan (misalnya Pembahasan rancangan undang-undang itu alot).
3. Kelihatan motivasi (loos of motivation). Contoh: kata ajang bermakna tempat untuk makan (misalnya piring), kini bermakna bukan untuk makan (misalnya ajang pertempuran).
4. Adanya kata-kata yang bermakna ganda (polysemy) Contoh: kata lempung bermakna ringan/ lunak dan mudah patah (misalnya kayu); lemah sekali; tidak berguna sedikit pun.
5. Dalam konteks yang membinggungkan (in ambiguous contexts). Contoh: Kucing makan tikus mati.
6. Struktur kosa kata. Maksudnya, Dalam perkembangan kosa kata, ada kata baru dan ada pula kata yang hanya berubah maknanya saja.
Adapun faktor-faktor penyebab perubahan makna (Ullmann, 1972:198-210) sebagai berikut.
1. Faktor kebahasaan (linguistic causes). Ini berkaitan dengan fonologi, morfologi, dan sintaksis. Contohnya: dahulu kata sahaya berati budak, tetapi kini berarti saya. Lalu, berbeda kalimat Ali memukul Adi dengan Ali dipukul Adi.
2. Faktor kesejarahan (historical causes) terdiri dari:
(a) faktor objek.
(b) faktor institusi misalnya kata rukun dahulu bermakna kerukunan antara warga, antar tetangga-tetangga/ antar warga-warga. Kini pengertiannya sudah meluas, untuk institusi resmi.
(c) faktor ide misalnya kata simposium dahulu bermakna untuk bergembira (minum, makan, berdansa), kini bermakna pertemuan ilmiah.
(d) faktor konsep ilmiah misalnya kata volt dahulu dikaitkan dengan sang penemunya, Allessandro Voltas. Kini lebih ditekankan maknanya pada satuan potensial listrik yang diperlukan untuk mengalirkan satu ampere arus listrik melalui satu ohm (misal dalam kalimat Voltase aliran listrik di rumahmu harus ditambah).
3. Faktor sosial (social causes). Ini dikaitkan dengan perkembangan makna kata dalam masyarakat. Contoh: kata gerombolan makna dahulu orang yang berkumpul atau kerumunan orang, kini berarti pemberontak atau pengacau.
4. Faktor psikologis (psychological causes) terdiri dari:
(a) faktor emotif (emotif factor) misalnya kata bangsat dahulu dikaitkan dengan binatang yang biasa menggigit jika kita duduk di kursi rotan karena binatang itu hidup di sela-sela anyaman rotan, kini maknanya manusia yang malas yang kelakuannya menyakitkan hati.
(b) kata-kata tabu dirinci lagi (1) tabu karena takut (taboo of fear) misalnya kata menaikkan harga(dapat menimbulkan gangguan keamanan) diganti kata menyesuaikan harga. Lalu, kata terlibat organisasi terlarang diganti tidak bersih diri (= berdaki) atau tidak bersih lingkungan (= lingkungan yang kotor). Dan, kata harimau (takut diucapkan di hutan) diganti kata nenek; (2) tabu karena menginginkan kehalusan kata (taboo of delicacy) misalnya kata makan diganti kata bersantap dan mencicipi, padahal berbeda maknanya; dan (3) tabu karena ingin dikatakan sopan (taboo of propriety) misalnya kata kencing diganti kata buang air kecil. Kata WC, toilet, kakus diganti kata kamar kecil atau kamar belakang. Kata “Makan!” diganti kata “Silakan makan!” atau “Silakan bersantap!”
5. Pengaruh bahasa asing. Ini terjadi disebabkan oleh interaksi antara sesama bangsa, tak dapat dihindari. Contoh kata dari bahasa Belanda: andil (aandeel), dokumentasi (documentatie), insiden (incident), dan lain-lain.
6. Karena kebutuhan kata yang baru. Ini akibat perkembangan konsep baru namun belum ada lambangnya tetapi perlu nama atau kata baru karena bahasa adalah alat komunikasi. Contoh karena bangsa Indonesia merasa kurang enak menggunakan katasaudara maka muncullah kata Anda. Kata saudara pada mulanya dihubungkan dengan orang yang sedarah dengan kita tapi kini kata saudara digunakan untuk menyebut siapa saja. Dari kata bui, penjara, tutupan muncul kata lembaga pemasyarakatan.
Discussion about this post